Kemudahan yang Begitu Dekat dibalik Kesulitan


Beberapa hari yang lalu saya melakukan FaceTime dengan adik perempuan saya. Adik saya ini kebetulan sedang menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di kota  Malang. Saya sangat dekat dengan dia, jadi ya cara kami untuk tetap memberi kabar ditengah padatnya kegiatan kuliah adalah dengan menggunakan fasilitas video call.
Sama seperti saya, ia juga sedang berada di semester 6. Berbeda dengan saya dia sudah mulai mengerjakan proposal untuk skripsi, saya pikir rumpun ilmu kesehatan mungkin memang start-nya lebih cepat kali, ya? 
Sepertinya memang sudah hal yang biasa ya kalo perempuan memang seneng ngobrol, hampir 2 jam kami berbicara, semuanya diceritakan, dari A - Z! Sampai kemudian adik saya ini mengeluh,
"Kenapa ya, kok kayaknya aku teh susah terus? Dari awal kuliah sampe sekarang. Tiap hari begadang, kayak gada habisnya. Penelitian temen - temen aku udah jauh, dan aku masih stuck disini. Terus mana perlu beli beberapa enzim yang harganya bisa sampe 3juta satu enzim. Kenapa ngerasa ketinggalan jauh dan selalu dapet kesulitan terus.."
Dari pernyataan dia saya bersyukur.. kalo kuliah di Fikom gak bikin totos HAHAHA. Okay, jadi sebagai kakak yang agak baik, saya berusaha membawa semangat dia lagi, karena saya tahu sekali adik saya ini bukan tipe orang yang suka ngeluh.

source: pinterest | Illustration
Dari percakapan itu saya mikir, pernah gak sih kita ngerasa bahwa kita orang paling yang gak beruntung di bumi ini? Ngerasa kenapa Allah ngasih cobaan bertubi - tubi sama kita? Kenapa kok kayaknya orang - orang hidupnya mudah - mudah aja hidupnya? Saya rasa sebagian orang pasti berpikir bahwa hidupnya gak adil. But if life is unfair for everyone, doesn't that make it fair? Ya gak? :D 
Kemudian saya ingat beberapa bulan yang lalu saya pernah mendengarkan ceramah dari Ustad Hannan Atakki. Dalam ceramahnya, ada banyak orang di dunia, bahkan mungkin kita sendiri merasa bahwa kita kurang beruntung dibandingkan orang lain.  Ngerasa bahwa Allah tidak adil sama kita karena kita melihat orang lain mendapat nikmat sedangkan kita engga. Kita ngerasa jadi orang yang paling dicurangin, yang paling sengsara diantara semua orang. Menurutnya jika kita merasa seperti ini, itu artinya kita belum mengenal Allah SWT.. Karena kalau kita kenal Allah SWT kita akan merasa yang sebaliknya. Sebab ada lebih banyak hal - hal yang kita syukuri daripada engganya.
Contoh cerita yang akan membuat kita belajar untuk mengubah keluhan yang kita miliki. Jika kalian tahu cerita dari Abu Ubaidah bin Jarrah, seorang Gubernur di Syam, Suriah. Suatu hari Abu Ubaidah sedang memantau keadaan rakyatnya hingga ia berjalan-jalan di negerinya. Saat sedang berjalan-jalan, Abu Ubaidah melewati suatu hutan yang tidak ada penduduk tinggal di dalamnya. Namun ia terus berjalan dan tiba-tiba menemukan gubuk kecil di tengah hutan.

Singkat cerita Abu Ubaidah masuk, di dalam gubuk itu tinggalah seorang kakek tua yang sedang bertahmid kepada Allah SWT. Ia terbaring di atas tanah, tidak ada kasur, tikar atau bantal. Ketika ditanya kenapa kakek itu tidur disini. Sang kakek pun menjawab “saya lumpuh dan tidak dapat melihat, tetapi Allah Maha Baik”.
Abu Ubaidah kan semakin penasaran mengapa seorang yang tua dan miskin dengan kondisi kesehatan yang demikian dapat terus bertahmid kepada SWT. Kemudian Abu Ubaidah kembali bertanya kenapa kakek itu terus memuji Allah sedangkan  kelihatannya kakek itu memiliki kehidupan yang tidak layak, apa yang patut disyukuri dari keadannya. Kemudian dijawab bahwa ada dua nikmat yang Allah berikan kepada saya dan itu lebih saya cintai daripada dunia dan isinya dan nikmat ini tidak Allah berikan kecuali kepada orang-orang yang Allah cintai saja.  Dua nikmat itu adalah qolban syakiran wa lisanan dzakira. Yaitu nikmat hati yang selalu mampu bersyukur dan nikmat lisan yang mampu selalu berdzikir.
Yang saya pelajari dari sini adalah, boleh saja kita untuk  mengungkapkan perasaan sulit kita, ya jangan dipendem sendiri juga, karena menurut saya akan lebih lega ketika kita mengungkapkan hal yang membuat dada ini sesak kepada orang tepat yang kita percaya. Tetapi kita harus yakin bahwa dalam segala situasi hidup yang tidak sempurna ini, Allah menjanjikan banyak jalan untuk menemukan kemudahan. Setiap ujian datang bersama karunia dan setiap karunia datang bersama ujian.

Dalam surat Al-Insyirah pula, Allah Ta’ala berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al- Insyiroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al- Insyiroh: 6)



Dari cerita diatas, saya yakin Allah SWT sangat menyayangi adik saya, karena dengan begini adik saya akan menjadi lebih tangguh dan kuat. Beberapa kali dia diberi kesulitan dan dia selalu berhasil mengalahkan kesulitan itu. What doesn't kill you makes you makes you stronger, right? :) Seperti yang Allah janjikan, dibalik setiap kesulitan ada kemudahan yang begitu dekat. Saya yakin adik saya mampu melaluinya! Semangat ade, Allah tahu kok niat dan usaha kamu untuk ngebahagiain orangtua kita!  Jangan lupa berdoa dan bersyukur 😁.r



-regards,
rindi 


Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)


Sumber : https://rumaysho.com/639-yakinlah-di-balik-kesulitan-ada-kemudahan-yang-begitu-dekat.html
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)


Sumber : https://rumaysho.com/639-yakinlah-di-balik-kesulitan-ada-kemudahan-yang-begitu-dekat.html





Comments