Review Film: Mad City (1997) | Hebatnya Kekuatan Opini Publik

Satu kata ketika menonton film ini: Wow! Dari film ini saya bisa belajar bahwa ternyata public opinion has a really powerful effect! Dan meskipun film yang bisa dibilang lumayan jadul ini hanya memiliki rating 6.2 di IMDB tapi aku sangat merekomendasikan kalian untuk menonton film ini. :)
Disini juga aku menganalisis tentang kekuatan opini publik yang menjadi tema dari Mad City. Ohya, postingan kali ini juga mengandung spoiler, jadi bagi kalian yang tidak suka spoiler......





CAST
John Travolta as Sam
Dustin Hoffman as Brackett  
Mia Kirshner as Laurie 
Alan Alda as Hollander 
Robert Prosky as Lou Potts 
Blythe Danner as Mrs. Banks 
William Atherton as Dohlen
DIRECTED BY
Costa-Gavras
WRITTEN BY
Tom Matthews
GENRE
Action, Drama, Indie, Thriller
Rated PG-13 For Depiction Of A Hostage Situation, Including Violence and Brief Language
120 minutes



1. Isi film Mad City secara umum
Mad City sebuah film yang rilis pada tahun 1997 ini menceritakan tentang Sam Baily seorang mantan satpam museum yang kena PHK. Saat itu ia mendatangi Mrs. Banks pemilik museum untuk mencoba mendapatkan pekerjaannya kembali dengan membawa senapan dan dinamit. Sebenarnya Sam Baily merupakan seorang yang lugu dan agak ceroboh tidak berpikir panjang, Sam membawa senapan dan dinamit hanya untuk menggertak mantan bosnya saja. Tetapi, saat Sam meminta waktu lima menit untuk berbicara dengan mantan bosnya itu, Mrs. Banks menolak, mengacuhkan dan bahkan mengusir Sam. Akhirnya Sam mengeluarkan senapan, untuk menggertak, namun Mrs. Banks seakan menantang Sam, dan membuat Sam marah sehingga menembakan senapannya. Nahasnya, peluru mengenai Cliff Williams, seorang satpam museum kulit hitam yang juga mantan rekan kerja Sam. Ini membuat isu ras. Karena takut dipenjara, Sam akhirnya mengunci museum dan menyandera Mrs. Banks, seorang guru dan anak-anak yang tanpa ia sadari berada di museum itu juga.
Info ini disampaikan Max Brackett seorang reporter berita yang memang kebetulan sedang meliput berita tentang museum itu. Akhirnya Max terlibat dalam peristiwa itu. Sadar bahwa peristiwa ini bernilai sebuah berita, ia mendramatisir keadaan. Max memberitahu media dan polisi bahwa Sam orang yang kacau dan tidak dapat diprediksi, ia membawa senjata dan dinamit yang cukup untuk meledakkan gedung (padahal itu adalah dinamit yang digunakkan untuk membunuh hama di lahan pertanian). Peristiwa ini pun menjadi perhatian dari masyarakat.
Situasi pun menjadi tambah rumit. Max yang akhirnya memegang kendali atas Sam, meminta Sam untuk memberikan interview eksklusif. Max berkata pada Sam bahwa ia akan membantu Sam untuk keluar dari masalah ini dan mendapat pekerjaannya kembali. Dengan menggunakan public opinion sebagai alat untuk meraih simpati publik. Setelah interview eksklusif itu, publik pun mulai merasa simpati. Bahwa Sam bukanlah orang jahat ia hanya korban PHK yang harus dibantu. Bahwa Sam tidak menembak Cliff hanya karena ia kulit hitam. Hal-hal yang dipakai untuk membuat publik simpati adalah dengan mewawancarai pendeta, teman, dan ibu Sam. Hal ini dilakukan agar publik percaya bahwa Sam adalah orang yang taat beragama, baik, dan penyayang.
Media mampu  menguasai pikiran, merubah persepsi sehingga mengubah penilaian masyarakat tentang suatu peristiwa. Media memiliki kekuasaan untuk membangun opini publik. Diakhir cerita, Sam bunuh diri dengan dinamit yang ia bawa karena frustasi  yang disebabkan oleh aksinya sendiri.

2. Analisis peristiwa publik dan bagaimana peristiwa itu mempengaruhi opini publik

Adegan ini menayangkan Cliff yang telah tertembak dan diliput oleh media saat akan dibawa oleh petugas medis. Reporter yang bertanya dengan kalimat “Siapa yang menembak anda?” dapat menimbulkan persepsi bahwa Cliff ditembak dengan sengaja.

Max Brackett yang sedang membujuk Sam agar mau melakukan sebuah interview dengannya. Max berkata, ia bisa membalikkan situasi dengan menggunakan opini publik sebagai alatnya.

Wawancara eksklusif dilakukan dengan syarat Sam harus membebaskan sanderanya. Yang awalnya hanya membebaskan satu anak, ia pun membebaskan satu lagi anak perempuan kulit hitam, atas saran Max. Hal tersebut dilakukan untuk memperlihatkan kepada publik bahwa tidak ada isu ras atas tragedi penembakan Cliff Williams. Untuk membangun citra positif dari seorang Sam Baily.






Wawancara live yang dilakukan oleh Sam. Ia menceritakan bahwa yang ia lakukan tidak sengaja. Niat awal yang hanya ingin berbicara kepada mantan bosnya untuk memberikan pekerjaannya kembali. Juga mengklarifikasi bahwa penembakan Cliff hanya kecelakaan.
Ia tidak tahu lagi harus bagaimana untuk memenuhi kehidupan istri dan kedua anaknya karena sudah jobless. Ia hanya ingin didengar.


Karena wawancara yang dilakukan Sam, opini pro terhadap Sam pun datang dari masyarakat. Beberapa orang menyanyikan lagu, membuat kaos sebagai gerakan mendukung Sam, bahkan ada yang berkata lewat radio bahwa Sam seharusnya dibebaskan. Polling opini publik menyatakan bahwa 59% warga Amerika berpihak pada Sam.

Tetapi, dengan mudahnya masyarakat kembali dibuat bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi. Istri Sam yang kala itu memaksa Sam untuk berhenti membuat Sam tidak stabil dan menembakkan senapannya lewat jendela.

Disini Max melakukan proses editing pembentukan opini publik. Ia mengubah kata-kata mantan kepala sekolah Sam dari: “Ia bukan murid yang pandai. Kuyakin kau akan menemukan orang yang bilang kami gagal mengajar Sam Baily. Sistem pendidikan tak dibuat untuk menyelamatkan orang seperti dia. Tapi satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas situasi ini adalah Sam Baily,” Menjadi: “We failed Sam baily. The system isn’t set up to provide a safety net for men like him.”

Karena masalah semakin berkembang, opini publik pun rentan berubah. Kevin Hollander, saingan Max, yang muncul untuk mencoba menarik perhatian massa dari sisi negatif. Mulai dari menayangkan berbagai macam cuplikan video yang dicut agar Sam terlihat buruk pun menang karena adanya peristiwa puncak, kematian Cliff Williams. Di media juga dikatakan bahwa Cliff ditembak saat mencoba menyelamatkan para sandera, padahal tidak.


Sam akhirnya bunuh diri sesaat setelah melepaskan para sandera dengan menggunakan dinamit karena frustasi tidak kuasa menghadapi publik, berlangsung secara live diliput banyak media.









Menurutku, dalam film ini digambarkan betapa luar biasanya dampak dari sebuah opini publik. Media juga sangat berperan besar untuk mempengaruhi opini publik, dan kadang membuat opini publik menjadi rentan berubah.

Comments